PENGERTIAN AKHLAQ
Akhlaq secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh
suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Akhlaq
merupakan bentuk jamak dari kata khuluk,
berasal dari bahasa arab yang berarti tingkah laku, atau tabiat. Sedangkan
secara istilah, banyak ulama mendefinisikan pengertian akhlak diantaranya
adalah sebagai berikut:
Imam
al-Ghazali :
“Akhlaq
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuaatan
dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.
Ibnu maskawih
:
“ Akhlaq
adalah gerak jiwa yang mendorong kearah melakukan perbuatan dengan tidak
membutuhkan pikiran”.
Ahmad amin :
“Akhlaq
adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang
seharusnya dilakukan setengah manusia kepada lainnya menyatakan tujuan yang
harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan
apa yang harus diperbuat. Disamping akhlak, moral dan etika juga sama-sama
menentukan nilai baik dan buruk seseorang. Bedanya akhlak mempunyai standar
ajaranyang bersumber kepada al-Qur’an dan sunnah Rasul, etika berstandarkan
akal pikiran sedangkan moral berstandarkan adat atau kebiasaan yang terdapat
didalam masyarakat.”
Ibrahim Anis:
“Akhlaq
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam
perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan”.
Abdul karim
Zaidan:
“Akhlaq
adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan
sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatanya baik atau buruk
untuk kemudian memilih melakukan atau meninggalkanya”.
Dari definisi
di atas, dapat disimpulkan bahwa perbuatan manusia baru disebut akhlak kalau
terpenuhi dua syarat, yaitu:
Perbuatan itu
dilakukan berulang-ulang. Kalau perbuatan itu hanya dilakukan sesekali saja,
maka tidak dapat disebut akhlaq. Misalnya, pada suatu ketika, orang yang jarang
berderma tiba-tiba memberikan uang atau bantuan kepada orang lain, karena
alasan tertentu. Dengan tindakan ini ia tidak dapat disebutorang yang murah
hati atau disebut sebagai orang berakhlak dermawan. Karena hal itu tidak
melekat pada jiwanya. Lebih jauh tentang keterulangan perbuatan manusia, yang
selanjutnya disebut akhlak, Ahmad Amin dalam bukunya al-Akhlak menyatakan bahwa
pada dasarnya akhlak itu adalah membiasakan kehendak (‘adah al-iradah). Kata
membiasakan disini dipahami dalam pengertian melakukan sesuatu secara
berulang-ulang, sehingga menjadi kebiasaan. Adapun yang dimaksud dengan
kehendak adalah menangnya keinginan untuk melakukan sesuatu setelah mengalami
kebimbangan untuk menentukan pilihan terbaik di antara beberapa alternatif.
Apabila iradah sering terjadi pada seseorang, maka akan terbentuk pola yang
baku, sehingga selanjutnya tidak perlu membuat pertimbangan-pertimbangan lagi,
melainkan secara langsung melakukan tindakan yang telah dilaksanakan tersebut.
Perbuatan itu
timbul dengan mudah tanpa dipikir atau diteliti terlebih dahulu sehingga
benar-benar merupakan suatu kebiasaan. Jika perbuatan itu timbul karena
terpaksa atau setelah difikir dan dipertimbangkan terlebih dahulu secara
matang, tidak disebut akhlak. Ada dua hal yang dapat dijadikan sebagai alat
untuk mengukur kebiasaan:
1. ada
kecenderungan hati padanya.
2.ada
pengulangan yang cukup banyak, sehingga mudah mengerjakanya tanpa memerlukan
fikiran lagi.
Selanjutnya,
kesan yang diperoleh dari uraian di atas adalah bahwa istilah akhlak itu
bersifat netral, belum menunjukan kepada baik dan buruk. Namun demikian,
apabila istilah akhlak itu disebut sendirian, tidak dirangkai dengan sifat
tertentu, maka yang dimaksud adalah akhlak yang mulia. Misalnya bila seseorang
berlaku tidak sopan kita mengatakan kepadanya: “Kamu tidak berakhlak”.
Maksudnya adalah “kamu tidak memiliki akhlak mulia”, dalam hal ini sopan
santun.
Pembagian ahklaq
akhlaq mahmudah
akhlaq
mahmudah artinya akhlak terpuji, yaitu:
1. Sabar,
adalah mampu menahan diri atau mampu mengendalikan amarah.
2. Ikhlas,
adalah mengejakan sesuatu amal hanya semata-mata karena Allah, yakni harus
mengharap ridhoNya.
3. Jujur,
adalah mengatakan sesuatu itu dengan apa adanya dan harus dengan hati yang
lurus.
4. Pemaaf,
adalah orang yang memberikan maaf kepada peminta maaf yang menyadari
kesalahannya.
5. Pemurah,
adalah sikap seseorang yang ringan untuk mengeluarkan sebagian hartanya untuk
kepentingan orang lain,
6. Menepati
janji, adalah orang yang datang ketempat yang sudah disepakati sebelumnya.
akhlaq mazmumah
ahklak
mazmumah adalah akhlak yang buruk atau tercela, contoh akhlak mazmumah adalah:
1. Ujub dan
Takabur
Ujub adalah
mengagumi kemampuan dirinya sendiri. Sedangkan takabur, adalah membanggakan
diri karena dirinya merasa lebih dari pada yang lain.
2. Ria dan
Sum’ah
Ria adalah
beramal baik dan bermaksud ingin memperoleh pujian orang lain. Sedangkan
sum’ah, adalah berbuat atau berkata agar didengar orang lain sehingga namanya
jadi terkenal.
3. Malas dan
Tamak
Malas adalah
enggan atau tidak mau melakukan sesuatu, dan Tamak( serakah) adalah terlalu
bernafsu untuk memiliki sesuatu yang berguna bagi dirinya sendiri.
4. Dendam dan
Iri hati
Dendam adalah
keinginan untuk membalas kejahatan yang dilakukan orang lain atas dirinya. Dan
Iri hati adalah perasaan tidak senang apabila melihat orang lain mendapat
kesenangan.
5. Fitnah dan
Penipuan
Fitnah adalah
berita bohong atau desas- desus tentang seseorang dengan maksud yang tidak
baik. Sedangkan penipuan adalah perkataan atau perbuatan tidak jujur dengan
maksud menyesatkan seseorang dan mencari untung dari perbuatannya tersebut.
6. Bohong dan
Khianat
Bohong adalah
dusta, berarti tidak sesuaidengan keadaan yang sebenarnya., sedangkan Khianat
adalah perbuatan tidak setia terhadap pihak lain.
7. Bakhil dan
Takut miskin
Bakhil adalah
perasaan tidak rela memberikan sesuatu kepada orang lain atau untuk kepentingan
agama. Dan Takut miskin adalah rasa cemas akan menderita hidupnya karena
kekurangan harta.
KEDUDUKAN DAN KEISTIMEWAAN AKHLAK DALAM ISLAM
1. Rasulullah
SAW menempatkan penyempurnaan akhlak yang mulia sebagai misi pokok risalah
Islam.
2. Akhlak
merupakan salah satu ajaran pokok Islam
3. akhlak
yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan sesorang nanti pada hari kiamat
4.Rasulullah
menjadikan baik buruknya akhlak seseorangsebagai ukuran kualitas imanya
5.Islam
menjadikan akhlak yang baik sebagai bukti dan buah dari ibadah kepada Allah
SWT.
6.Nabi
Muhammad SAW selalu berdo’aagar Allah SWT membaikan akhlak beliau.
7.di dalam
al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang berhubungan dengan akhlak.
CIRI-CIRI AKHLAQ DALAM ISLAM
1.Akhlaq
Rabbani (Al-Akhlaq Al-Rabbaniyyah)
Akhlaq
rabbani (al-Akhlaq al-Rabbaniyyah), yaitu akhlak dalam Islam itu bersumber
kepada wahyu Allah yang termaktub di dalam al-qur’an dan as-sunnah
al-nabawuyah. Dalam al-qur’an dijelaskan bahwa tujuan para rasul allah ialah
mewujudkan masyarakat yang ber-Ketuhanan (rabaniyah), yaitu masyarakat yang
para anggotanya dijiwa oleh semangat mencapai ridha allah, melalui perbuatan
baik bagi sesamanya dan kepada seluruh makhluk.
“Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah
berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada
manusia: “Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah.”
Akan tetapi (dia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena
kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (QS
Ali Imron (3): 79)
Makna
“rabbaniyah” itu sendiri sama dengan “berkeimanan” dan “berketakwaan” atau
lebih sederhana dapat dikatakan “beriman dan bertakwa”. Oleh karena iman dan
takwa adalah fondasi dari ajaran Islam bagi kehidupan manusia, maka akhlak
rabbaniyah itu adalah akhlak yang bernilai bagi perwujudan dari iman
maupuntakwa. Perwujudan ini dalam bentuk sikap,pandangan hidup dan perbuatan
nyata yang sesuai dengan nilai-nilai rabbanuyah.
Ciri Rabbani
dalam akhlak Islam bukanlah moral yang tradisional dan situasional, tetapi
akhlak yang benar-benar memiliki nilai mutlak. Akhlak Rabbani mampu menghindari
kekacauan nilai moralitas dalam kehidupan manusia.
Al Qur’an
mengajarkan, « Inilah jalan-Ku yang lurus, hendaklah kamu mengikutinya, jangn
kamu ikuti jalan-jalan lain, sehingga kamu bercerai berai dari jalan-Nya.
Demikian yang diperintahkan kepadamu, agar kamu bertaqwa. » (Q.S. Al An’am:
153)
2.Akhlaq
Manusiawi (Al-Akhlaq Al-Insaniyyah)
Akhlaq
manusiawi (al-akhlaq al-Insaniyyah), yaitu bahwa ajaran akhlak islam selalu
sejalan dan memenuhi kebutuhan fitrah manusia. Salah satu fitrah manusia adalah
memihak kepada kebaikan dan kebenaran, walaupun sering pemihakanya itu
bertentangan dengan lingkungan dan hasrat nafsunya. Kalau ada seseorang yang
mengikuti hawa nafsunya saja, dan memihak kepada kebenaran “semu”, hasil
rekayasa tangan dan otak jahil manusia, sesungguhnya ini bertentangan dengan
hati nuraninya yang memihak kepada kebenaran hakiki. Fitrah yang dibawa manusia
sejak lahir tidak dapat dilawan, ditolak, dan direkayasa, ia akan selalu
membawa kepada ketenangan dan kebahagiaan yang hakiki. Dimanapun orang berbuat
maksiat, akan selalu dihantui rasa bersalah, berdosa, dan tidak pernah
tenteram. Hal ini karena bertentangan dengan fitrah kebenaran yang ada di dalam
dirinya sendiri.
Akhlaq Islam
selalu menuntun untuk berbuat yang baik, memihak kepada kebenaran, dan media
untuk mencari kebahagiaan yang hakik. Akhlak islam benar-benar menjaga dan
memlihara keberadaan manusia sebagai makhluk yang terhormat, terpuji sesuai
dengan fitrahnya.
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada
agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS ar-Rum: 30).
3.Akhlaq
Universal (Al-Akhlaq Al-Syamilah)
Akhlaq
universal (Al-Akhlaq al-syamilah), maksudnya adalah bahwa akhlak Islam itu
bersifat universal dan sempurna, siapapun yang melaksanakan akhlak islam
dijamin akan selamat. Contohnya al-Quran menyebutkan sepuluh macam keburukan
yang wajib dijauhi oleh setiap orang, yakni :
1.
Menyekutukan Allah,
2. Durhaka
kepada kedua orang tanpa alasan yang sah,
3. Membunuh
anak karena takut miskin,
4. Berbuat
keji baik secara terbuka maupun tersembunyi,
5. Membunuh
orang tanpa alasan yang sah,
6. Makan
harta anak yatim,
7. Mengurangi
takaran dan timbangan,
8. Membebani
orang lain dengan kewajiban melampaui kekuatannya,
9. Persaksian
tidak adil,
10.
Mengkhianati janji dengan Allah
Orang-orang
yang non islam sekalipun kalau melaksanakan akhlak Islam, mislanya tidak
berjudi, berzina, selalu berkata sopan, lemah lembut, tidak menyakiti hati
orang lain, senang membantu orang lain yang terkena musibah, sabar, dan selalu
berterima kasih atas rezki yng didapat dengan cara yang halal dan lain
sebagianya, yang masuk dalam kelompok akhlak mahmudah, dijamin hidupnya akan
bahagia di dunia ini. Inilah universalisme akhlak islam yang berlaku untuk
semua orang dan bangsa di seluruh dunia, tanpa membedakan etnis, ras dan suku.
Akhlaq Islam
itu telah sempurna, sebagaima kesempurnaan ajaran Islam itu sendiri. Hal ini
dapat dilihat bahwa Islam tidak hanya mengajarkan bagaimana bersikap dan
berperilaku kepada allah, melaiknkan juga mengatur hubungan manusia dengan
sesama manusia dan manusia dengan alam sekitarnya. Apabila hubungan segitiga, yakni
kepada Allah, sesama manusia dan alam telah terjalin dengan baik, maka dijamin
terciptanya kehidupan yang harmonis, bahagia, dan damai, baik secara spiritual
maupun material.
4.Akhlaq
Keseimbangan (Al-Akhlaq At-Tawazun)
Akhlak
keseimbangan (al-Akhlaq at-Tawazun), artinya bahwa akhlak islam berada di
tengah-tengah antara pandangan yang menghayalkan manusia bagaikan malaikat yang
selalu suci, bersih, taat terus kepada Allah, selalu mengikuti apa yang
diperintahkan, dan pandangan yang menitikberatkan manusia bagaikan tanah,
syetan, dan hewan yang tidak mengenal etika, selalu mengajak kepada kejahatan
dan perbuatan-perbuatan nista. Manusia dalam pandangan Islam terdapat dua
kekuatan dalam dirinya, yaitu kekuatan kebaikan pada hati nuraniya dan kekuatan
jahat pada hawa nafsunya.
Manusia
memilki naluriyah hewaniyah dan naluriyah ruhaniyah malaikah. Dua naluri
tersebut harus dibimbing oleh akhlak islam su[aya tetap berada dalam
keseimbangan. Naluriyah hewaniyah tidak dapat dipisahkan dari jasad manusia,
melainkan harus diarahkan untuk disalutkan sesuai dengan prosedur dan
aturan-aturan dalam Islam. manusia adalah makhluk yang berakal, bermartabat dan
terhormat, kalau terus berada dan mengembangkan fitrah religiusitasnya. Namun
manusia dapat meluncur ke tingkat yang paling rendah, hina dina bagaikan hewan,
kalau tidak dapat menjaga fitrah bahkan melawanfitrah tersebut, dengan selalu
berbuat nista. Akhlak Islam menjaga manusia agar selalu berada pada tingkat
kemanusiaan dan menuntun kepada kebahagiaan yang seimbang antara dunia dan
akhirat. QS Al-baqarah(2): 201.
5.Akhlaq
Realistic (Al-Akhlaq Al-Waqi’iyyah)
Akhlak
realistic (al-Akhlaq al-Waqi’iyyah), yaitu akhlak Islam memperhatikan kenyataan
(realitas) hidup manusia. Manusia memang makhluk yang sempurna, memilki kelebihan-kelebihan
dibandingkan dengan makhluk ciptaan allah lainya, tetapi manusia juga memiliki
kelemahan-kelemahan. Ini adalah realitas bagi manisia, karena tidak ada manusia
yang sempurna dalam segala hal. Satu sisi ada kelebihan, dan di sisi lain ada kelemahan.
Kerja sama, tolong ,emolong adalah suatu bentuk kesadaran manusia bahwa dalam
dirinya ada kelemahan dan kebaikan.
Untuk itulah
akhlak Islam mengajarkan untuk menghargai dan menghormati orang lain, melakukan
kerja sama atau saling kenal mengenal, kontak komunikasi dengan suku dan bangsa
lain. Adalah kesombongan kalau ada orang yang mengatakan bahwa ia mampu hidup
dengan dirinya sendiri, tidak membutuhkan jasa orang lain. Ia tidak sadar,
bahwa pakaian, kaca mata, sepatu, topi, ikat pinggang yang menempel setiap saat
di tubuhnya, dan makanan, minuman, buah-buahan yang disantap setiap hari adalah
bagian dan hasil jasa orang lain. Tiap orang tidak akan mampu menyediakan
kebutuhan hidup dengan tangannya sendiri.
“Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”.(QS Al-Maidah: 2).
Selain itu, akhlak islam juga
realistis adalah bahwa allah tidak akan memberi beban kesanggipan kepada
manusia di luar kemampuanya. Allah tidak egois dan memaksa kepada manusia,
justru allah melihat kenyataan yang ada. Kalau memang manusia tidak sanggup
melaksanakan perintah-perintah sesuai dengan aturan dan ketetapan yang telah
ditetapkan secara rinci, manusia diberi kebebasan untuk mengambil keringanan
(rukhsah) yang telah diberikan. Misalkan manusia boleh marah kepada orang lain
yang berbuat tidak baik kepadanya, namun apabila memaafkan itu lebih baik.
Perbuatan memberi maaf baik diminta ataupun tidak diminta adalah perbuatan yang
mulia. Manusia sesungguhnya memilki kemampuan untuk memaafkan orang lain,
karena Allah telah mengukur kemampuan yang dimiliki oleh manusia.
“Allah tidak membebani seseorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan)
yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.
(mereka berdoa): “Ya tuhan kami jangan lah engkau hokum kami jika kami lupa atau
kami tersalah. Yatuhan kami, jangan lah enkau bebankan kepada kami beban yang
berat sebagaimana engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya tuhan
kami, janganlah engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami
memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami, engkaulah
penolong kami, maka tolonglah kami dari kaum yg kafir.”. (QS Al-baqarah (2):
286).
Ruang Lingkup Akhlaq
1. Akhlaq
pribadi terdiri dari Yang diperintahkan, yang dilarang, yang dibolehkan dan
Akhlaq dalam keadaan darurat
2. Akhlaq
berkeluarga terdiri dari Kewajiban timbal balik antara orang dengan anak,
kewajiban sumai dengan istri dan kewajiban terhadap karib kerabat.
3. Akhlaq
bermasyarakat terdiri dari Yang dilarang yang iperintahkan dan Kaedah-kaedah
adab.
4. Akhlaq
bernegara terdiri dari Hubungan antara pimpinan dan rakyat dan hubungan luar
negeri.
5. Akhlaq
beragama yaitu kewajiban terhadap Allah SWT.
Berangkat
dari sistematika di atas, sedikit modifikasi, maka penulis membagi pembahasan
akhlaq menjadi :
1. Akhlaq
terhadap Allah SWT.
2. Akhlaq
terhadap Rasulullah SAW.
3. Akhlaq
pribadi
4. Akhlaq
dalam keluarga
5. Akhlaq
bermasyarakat dan
6. Akhlaq
bernegara
Dalam
keseluruhan ajaran Islam akhlaq menempati kedudukan yang istimewa dan sangat
penting dalam kehidupan, seperti terlihat dalam beberapa poin berikut ini :
Rasulullah
SAW. Menempatkan penyempurnaan akhlaq, yang mulia sebagai misi pokok Risalah
Islam, sebagai sabdanya :“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq
yang mulia”. (HR. Baihaqi). Akhlaq merupakan salah satu ajaran pokok agama
Islam, sehingga Rasulullah pernah mendefinisikan agam dengan akhlaq yang baik,
sebagaimana sabda beliau.Terjemahannya :
“Ya Rasulullah,
apakah agama itu ? beliau menjawab : agama itu adalah akhlak yang baik”.
Akhlaq yang baik akan
memberatkan timbangan kebaikan seseorang nanti pada hari kiamat. Rasulullah
SAW. Menjadikan baik buruknya akhlaw seseorang sebagau ukuran kualitasnya. Islam
menjadikan akhlaw baik sebagai bukti dan buah dari ibadah kepada Allah SWT.Nabi
Muhammad SAW. Selalu berdoa agar Allah SWT. Membaikkan akhlaq beliau.
AKHLAK DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Akhlak merupakan representasi dari pemikiran
seseorang yang nampak dari luar. Akhlak sering dijadikan parameter baik
buruknya seseorang dilihat dari sudut pandang manusia. Akhlak bersifat relative
dalam hal penilaian walaupun hanya disandingkan dari dua sisi yaitu baik dan
buruk.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dihadapkan
pada tiga hubungan yang mengharuskannya untuk berbuat sesuatu. Yaitu hubungan
manusia dengan Allah SWT ( ibadah ), hubungan manusia dengan sesama manusia (
muamalah dan uqubat ) dan hubungan manusia dengan dirinya sendiri ( akhlak,
makanan, minuman, pakaian, dan lain-lain ).
Ketiga hubungan tadi mengharuskan kita untuk menentukan sikap yang harus
diambil sesuai dengan pemikirannya, termasuk akhlak yang akan dibahas lebih
mendalam pada tulisan ini.
Dalam perspektif Islam, akhlak merupakan bagian
dari syariat Islam. Dalam syariat Islam akhlak tidak menjadi bagian khusus yang
terpisah, bahkan dalam fikih tidak dibuat satu bab pun yang khusus membahas
akhlak.
Berdasarkan fungsinya, akhlak merupakan
pemenuhan terhadap perintah Allah atau menjauhi larangan-Nya, bukan karena
akhlak ini membawa manfaat atau madlarat dalam kehidupan. Walhasil akhlak tidak
dapat dijadikan dasar bagi terbentuknya suatu masyarakat. Akhlak adalah salah
satu dasar bagi pembentukan individu. Masyarakat tidak dapat dipebaiki dengan
akhlak, melainkan dengan dibentuknya pemikiran-pemikiran, perasaan-perasaan
Islami, serta diterapkannya peraturan Islam di tengah-tengah masyarakat itu.
Yang menggerakkan masyarakat bukanlah akhlak, melainkan peraturan-peraturan
yang diterapkan di tengah-tengah masyarakat itu, pemikiran-pemikiran, dan
perasaan yang melekat pada masyarakat tersebut.
Untuk menilai baik buruknya suatu akhlak, bisa
ditinjau dari dua pendekatan yang paling banyak dilakukan, yaitu kebenaran
relative dan kebenaran mutlak. Dalam pendekatan kebenaran relative, nilai
sebuah akhlak menjadi relative karena disandarkan pada penilaian subjektif
manusia. Akhlak yang dianggap baik oleh masyarakat di suatu tempat belum tentu
baik bagi masyarakat di tempat lain, misalnya bagi orang-orang barat bergaul
bebas antara lawan jenis bukan hal yang tabu tapi bagi orang-orang islam yang
taat hal seperti itu tentunya sangat dilarang. Semua tergantung dari pemahaman
manusia tentang perbuatan yang dilakukan dan kebiasaan atau kebudayaan yang ada
di suatu tempat. Dalam pendekatan kebenaran mutlak hanya ada satu sudut pandang
yang menyatakan akhlak itu baik atau buruk. Tidak ada perdebatan diantaranya
karena sumber dari penetapan baik dan buruk itu bersifat pasti. Perintah dan
larangan Allah SWT yang terdapat dalam al Quran merupakan parameter penentu
baik buruknya suatu akhlak tanpa memperhatikan apakah perasaan manusia
menganggapnya baik atau buruk. Dari kedua pendekatan diatas, dapat ditarik
sebuah benang merah bahwa penilaian sebuah ahlak hendaklah disandarkan pada
kebenaran mutlak yang terdapat dalam Al-Quran. Selain itu, akhlak yang biasa
kita kategorikan sebagai akhlak yang baik seperti jujur, sopan, ramah, dan
lain-lain bisa saja menjadi akhlak yang buruk jika hal itu bertentangan dengan
perintah dan larangan Allah SWT. Misalnya, jujur kepada musuh saat perang
sangat tidak diperbolehkan karena dapat merugikan. Pada konteks ini jujur
termasuk akhlak yang tercela karena bisa membocorkan rahasia Negara atau saat
perang kita bersikap lemah lembut terhadap musuh, hal itu tidak diperbolehkan
karena sudah menjadi kewajiban kita untuk mengalahkan musuh saat terjadi
peperangan.
Dalam membangun sebuah masyarakat, akhlak sering
dijadikan sebagai fokus utama untuk merekonstruksi sebuah masyarakat. Hal ini
tentu saja sangat keliru mengingat akhlak adalah dasar bagi pembentukan
individu. Jika kita menitiberatkan dakwah kita pada akhlak, maka yang timbul
adalah pengkultusan pada tokoh tertentu tanpa mengetahui sebabnya kenapa harus
berbuat seperti itu. Untuk merekonstruksi sebuah masyarakat hendaklah berdakwah
yang berlandaskan pada pemikiran, karena dengan pemikiran suatu masyarakat akan
bisa bangkit dari keterpurukan menuju keadaan yang lebih baik. Walaupun
demikian, pembinaan akhlak tidak boleh dikesampingkan. Semua harus berjalan
beriringan sehingga mengkasilkan output yang baik bagi dakwah kita. Tinggal
bagaimana kita menentukan fokus yang akan kita ambil, apakah ingin
menitiberatkan pembentukan karakter dengan akhlak atau pembentukan system yang
berlandaskan pada dakwah pemikiran sebagai sarana untuk menegakan hukum. Semua
itu tergantung pada analisis kondisi objek yang akan kita ubah. Dengan demikian
kita bisa menentukan strategi yang cocok untuk merubah masyarakat menjadi lebih
baik lagi.
Tujuan Akhlak
1. untuk membentuk pribadi muslim.
2. bertingkah laku yang baik demi meningkatkan derajat kehidupan
manusia.
3. menyempurnakan keimanan.
4. sebagai pengatur cara hidup berkeluarga dan
bertetangga.
5. mengatur adab pergaulan berbangsa dan
bernegara.
Jadi mempelajari ilmu akhlak bukanlah
sekedar untuk mengetahui mana akhlak baik dan buruk, akan tetapi yang
terpenting adalah, mengamalkan dan menerapkan akhlak yang luhur itu dalam
kehidupan sehari-hari, sesuai tuntutan ajaran Islam.
Alhamdulillah wa Syukrilla
No comments:
Post a Comment