Saturday, May 10, 2014

Akhlak Dalam Perspektif Islam

PENGERTIAN AKHLAQ
Akhlaq secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Akhlaq merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa arab yang berarti tingkah laku, atau tabiat. Sedangkan secara istilah, banyak ulama mendefinisikan pengertian akhlak diantaranya adalah sebagai berikut:
Imam al-Ghazali :
“Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuaatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.
Ibnu maskawih :
“ Akhlaq adalah gerak jiwa yang mendorong kearah melakukan perbuatan dengan tidak membutuhkan pikiran”.
Ahmad amin :
“Akhlaq adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan setengah manusia kepada lainnya menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat. Disamping akhlak, moral dan etika juga sama-sama menentukan nilai baik dan buruk seseorang. Bedanya akhlak mempunyai standar ajaranyang bersumber kepada al-Qur’an dan sunnah Rasul, etika berstandarkan akal pikiran sedangkan moral berstandarkan adat atau kebiasaan yang terdapat didalam masyarakat.”
Ibrahim Anis:
“Akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan”.
Abdul karim Zaidan:
“Akhlaq adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatanya baik atau buruk untuk kemudian memilih melakukan atau meninggalkanya”.
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa perbuatan manusia baru disebut akhlak kalau terpenuhi dua syarat, yaitu:
Perbuatan itu dilakukan berulang-ulang. Kalau perbuatan itu hanya dilakukan sesekali saja, maka tidak dapat disebut akhlaq. Misalnya, pada suatu ketika, orang yang jarang berderma tiba-tiba memberikan uang atau bantuan kepada orang lain, karena alasan tertentu. Dengan tindakan ini ia tidak dapat disebutorang yang murah hati atau disebut sebagai orang berakhlak dermawan. Karena hal itu tidak melekat pada jiwanya. Lebih jauh tentang keterulangan perbuatan manusia, yang selanjutnya disebut akhlak, Ahmad Amin dalam bukunya al-Akhlak menyatakan bahwa pada dasarnya akhlak itu adalah membiasakan kehendak (‘adah al-iradah). Kata membiasakan disini dipahami dalam pengertian melakukan sesuatu secara berulang-ulang, sehingga menjadi kebiasaan. Adapun yang dimaksud dengan kehendak adalah menangnya keinginan untuk melakukan sesuatu setelah mengalami kebimbangan untuk menentukan pilihan terbaik di antara beberapa alternatif. Apabila iradah sering terjadi pada seseorang, maka akan terbentuk pola yang baku, sehingga selanjutnya tidak perlu membuat pertimbangan-pertimbangan lagi, melainkan secara langsung melakukan tindakan yang telah dilaksanakan tersebut.
Perbuatan itu timbul dengan mudah tanpa dipikir atau diteliti terlebih dahulu sehingga benar-benar merupakan suatu kebiasaan. Jika perbuatan itu timbul karena terpaksa atau setelah difikir dan dipertimbangkan terlebih dahulu secara matang, tidak disebut akhlak. Ada dua hal yang dapat dijadikan sebagai alat untuk mengukur kebiasaan:
1. ada kecenderungan hati padanya.
2.ada pengulangan yang cukup banyak, sehingga mudah mengerjakanya tanpa memerlukan fikiran lagi.
Selanjutnya, kesan yang diperoleh dari uraian di atas adalah bahwa istilah akhlak itu bersifat netral, belum menunjukan kepada baik dan buruk. Namun demikian, apabila istilah akhlak itu disebut sendirian, tidak dirangkai dengan sifat tertentu, maka yang dimaksud adalah akhlak yang mulia. Misalnya bila seseorang berlaku tidak sopan kita mengatakan kepadanya: “Kamu tidak berakhlak”. Maksudnya adalah “kamu tidak memiliki akhlak mulia”, dalam hal ini sopan santun.

Pembagian ahklaq
akhlaq mahmudah
akhlaq mahmudah artinya akhlak terpuji, yaitu:
1. Sabar, adalah mampu menahan diri atau mampu mengendalikan amarah.
2. Ikhlas, adalah mengejakan sesuatu amal hanya semata-mata karena Allah, yakni harus mengharap ridhoNya.
3. Jujur, adalah mengatakan sesuatu itu dengan apa adanya dan harus dengan hati yang lurus.
4. Pemaaf, adalah orang yang memberikan maaf kepada peminta maaf yang menyadari kesalahannya.
5. Pemurah, adalah sikap seseorang yang ringan untuk mengeluarkan sebagian hartanya untuk kepentingan orang lain,
6. Menepati janji, adalah orang yang datang ketempat yang sudah disepakati sebelumnya.
akhlaq mazmumah
ahklak mazmumah adalah akhlak yang buruk atau tercela, contoh akhlak mazmumah adalah:
1. Ujub dan Takabur
Ujub adalah mengagumi kemampuan dirinya sendiri. Sedangkan takabur, adalah membanggakan diri karena dirinya merasa lebih dari pada yang lain.
2. Ria dan Sum’ah
Ria adalah beramal baik dan bermaksud ingin memperoleh pujian orang lain. Sedangkan sum’ah, adalah berbuat atau berkata agar didengar orang lain sehingga namanya jadi terkenal.
3. Malas dan Tamak
Malas adalah enggan atau tidak mau melakukan sesuatu, dan Tamak( serakah) adalah terlalu bernafsu untuk memiliki sesuatu yang berguna bagi dirinya sendiri.
4. Dendam dan Iri hati
Dendam adalah keinginan untuk membalas kejahatan yang dilakukan orang lain atas dirinya. Dan Iri hati adalah perasaan tidak senang apabila melihat orang lain mendapat kesenangan.
5. Fitnah dan Penipuan
Fitnah adalah berita bohong atau desas- desus tentang seseorang dengan maksud yang tidak baik. Sedangkan penipuan adalah perkataan atau perbuatan tidak jujur dengan maksud menyesatkan seseorang dan mencari untung dari perbuatannya tersebut.
6. Bohong dan Khianat
Bohong adalah dusta, berarti tidak sesuaidengan keadaan yang sebenarnya., sedangkan Khianat adalah perbuatan tidak setia terhadap pihak lain.
7. Bakhil dan Takut miskin
Bakhil adalah perasaan tidak rela memberikan sesuatu kepada orang lain atau untuk kepentingan agama. Dan Takut miskin adalah rasa cemas akan menderita hidupnya karena kekurangan harta.

KEDUDUKAN DAN KEISTIMEWAAN AKHLAK DALAM ISLAM
1. Rasulullah SAW menempatkan penyempurnaan akhlak yang mulia sebagai misi pokok risalah Islam.
2. Akhlak merupakan salah satu ajaran pokok Islam
3. akhlak yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan sesorang nanti pada hari kiamat
4.Rasulullah menjadikan baik buruknya akhlak seseorangsebagai ukuran kualitas imanya
5.Islam menjadikan akhlak yang baik sebagai bukti dan buah dari ibadah kepada Allah SWT.
6.Nabi Muhammad SAW selalu berdo’aagar Allah SWT membaikan akhlak beliau.
7.di dalam al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang berhubungan dengan akhlak.






CIRI-CIRI AKHLAQ DALAM ISLAM
1.Akhlaq Rabbani (Al-Akhlaq Al-Rabbaniyyah)
Akhlaq rabbani (al-Akhlaq al-Rabbaniyyah), yaitu akhlak dalam Islam itu bersumber kepada wahyu Allah yang termaktub di dalam al-qur’an dan as-sunnah al-nabawuyah. Dalam al-qur’an dijelaskan bahwa tujuan para rasul allah ialah mewujudkan masyarakat yang ber-Ketuhanan (rabaniyah), yaitu masyarakat yang para anggotanya dijiwa oleh semangat mencapai ridha allah, melalui perbuatan baik bagi sesamanya dan kepada seluruh makhluk.


 “Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: “Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah.” Akan tetapi (dia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (QS Ali Imron (3): 79)
Makna “rabbaniyah” itu sendiri sama dengan “berkeimanan” dan “berketakwaan” atau lebih sederhana dapat dikatakan “beriman dan bertakwa”. Oleh karena iman dan takwa adalah fondasi dari ajaran Islam bagi kehidupan manusia, maka akhlak rabbaniyah itu adalah akhlak yang bernilai bagi perwujudan dari iman maupuntakwa. Perwujudan ini dalam bentuk sikap,pandangan hidup dan perbuatan nyata yang sesuai dengan nilai-nilai rabbanuyah.
Ciri Rabbani dalam akhlak Islam bukanlah moral yang tradisional dan situasional, tetapi akhlak yang benar-benar memiliki nilai mutlak. Akhlak Rabbani mampu menghindari kekacauan nilai moralitas dalam kehidupan manusia.

Al Qur’an mengajarkan, « Inilah jalan-Ku yang lurus, hendaklah kamu mengikutinya, jangn kamu ikuti jalan-jalan lain, sehingga kamu bercerai berai dari jalan-Nya. Demikian yang diperintahkan kepadamu, agar kamu bertaqwa. » (Q.S. Al An’am: 153)
2.Akhlaq Manusiawi (Al-Akhlaq Al-Insaniyyah)
Akhlaq manusiawi (al-akhlaq al-Insaniyyah), yaitu bahwa ajaran akhlak islam selalu sejalan dan memenuhi kebutuhan fitrah manusia. Salah satu fitrah manusia adalah memihak kepada kebaikan dan kebenaran, walaupun sering pemihakanya itu bertentangan dengan lingkungan dan hasrat nafsunya. Kalau ada seseorang yang mengikuti hawa nafsunya saja, dan memihak kepada kebenaran “semu”, hasil rekayasa tangan dan otak jahil manusia, sesungguhnya ini bertentangan dengan hati nuraninya yang memihak kepada kebenaran hakiki. Fitrah yang dibawa manusia sejak lahir tidak dapat dilawan, ditolak, dan direkayasa, ia akan selalu membawa kepada ketenangan dan kebahagiaan yang hakiki. Dimanapun orang berbuat maksiat, akan selalu dihantui rasa bersalah, berdosa, dan tidak pernah tenteram. Hal ini karena bertentangan dengan fitrah kebenaran yang ada di dalam dirinya sendiri.
Akhlaq Islam selalu menuntun untuk berbuat yang baik, memihak kepada kebenaran, dan media untuk mencari kebahagiaan yang hakik. Akhlak islam benar-benar menjaga dan memlihara keberadaan manusia sebagai makhluk yang terhormat, terpuji sesuai dengan fitrahnya.
 “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS ar-Rum: 30).
3.Akhlaq Universal (Al-Akhlaq Al-Syamilah)
Akhlaq universal (Al-Akhlaq al-syamilah), maksudnya adalah bahwa akhlak Islam itu bersifat universal dan sempurna, siapapun yang melaksanakan akhlak islam dijamin akan selamat. Contohnya al-Quran menyebutkan sepuluh macam keburukan yang wajib dijauhi oleh setiap orang, yakni :
1. Menyekutukan Allah,
2. Durhaka kepada kedua orang tanpa alasan yang sah,
3. Membunuh anak karena takut miskin,
4. Berbuat keji baik secara terbuka maupun tersembunyi,
5. Membunuh orang tanpa alasan yang sah,
6. Makan harta anak yatim,
7. Mengurangi takaran dan timbangan,
8. Membebani orang lain dengan kewajiban melampaui kekuatannya,
9. Persaksian tidak adil,
10. Mengkhianati janji dengan Allah
Orang-orang yang non islam sekalipun kalau melaksanakan akhlak Islam, mislanya tidak berjudi, berzina, selalu berkata sopan, lemah lembut, tidak menyakiti hati orang lain, senang membantu orang lain yang terkena musibah, sabar, dan selalu berterima kasih atas rezki yng didapat dengan cara yang halal dan lain sebagianya, yang masuk dalam kelompok akhlak mahmudah, dijamin hidupnya akan bahagia di dunia ini. Inilah universalisme akhlak islam yang berlaku untuk semua orang dan bangsa di seluruh dunia, tanpa membedakan etnis, ras dan suku.
Akhlaq Islam itu telah sempurna, sebagaima kesempurnaan ajaran Islam itu sendiri. Hal ini dapat dilihat bahwa Islam tidak hanya mengajarkan bagaimana bersikap dan berperilaku kepada allah, melaiknkan juga mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dan manusia dengan alam sekitarnya. Apabila hubungan segitiga, yakni kepada Allah, sesama manusia dan alam telah terjalin dengan baik, maka dijamin terciptanya kehidupan yang harmonis, bahagia, dan damai, baik secara spiritual maupun material.
4.Akhlaq Keseimbangan (Al-Akhlaq At-Tawazun)
Akhlak keseimbangan (al-Akhlaq at-Tawazun), artinya bahwa akhlak islam berada di tengah-tengah antara pandangan yang menghayalkan manusia bagaikan malaikat yang selalu suci, bersih, taat terus kepada Allah, selalu mengikuti apa yang diperintahkan, dan pandangan yang menitikberatkan manusia bagaikan tanah, syetan, dan hewan yang tidak mengenal etika, selalu mengajak kepada kejahatan dan perbuatan-perbuatan nista. Manusia dalam pandangan Islam terdapat dua kekuatan dalam dirinya, yaitu kekuatan kebaikan pada hati nuraniya dan kekuatan jahat pada hawa nafsunya.
Manusia memilki naluriyah hewaniyah dan naluriyah ruhaniyah malaikah. Dua naluri tersebut harus dibimbing oleh akhlak islam su[aya tetap berada dalam keseimbangan. Naluriyah hewaniyah tidak dapat dipisahkan dari jasad manusia, melainkan harus diarahkan untuk disalutkan sesuai dengan prosedur dan aturan-aturan dalam Islam. manusia adalah makhluk yang berakal, bermartabat dan terhormat, kalau terus berada dan mengembangkan fitrah religiusitasnya. Namun manusia dapat meluncur ke tingkat yang paling rendah, hina dina bagaikan hewan, kalau tidak dapat menjaga fitrah bahkan melawanfitrah tersebut, dengan selalu berbuat nista. Akhlak Islam menjaga manusia agar selalu berada pada tingkat kemanusiaan dan menuntun kepada kebahagiaan yang seimbang antara dunia dan akhirat. QS Al-baqarah(2): 201.
5.Akhlaq Realistic (Al-Akhlaq Al-Waqi’iyyah)
Akhlak realistic (al-Akhlaq al-Waqi’iyyah), yaitu akhlak Islam memperhatikan kenyataan (realitas) hidup manusia. Manusia memang makhluk yang sempurna, memilki kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan makhluk ciptaan allah lainya, tetapi manusia juga memiliki kelemahan-kelemahan. Ini adalah realitas bagi manisia, karena tidak ada manusia yang sempurna dalam segala hal. Satu sisi ada kelebihan, dan di sisi lain ada kelemahan. Kerja sama, tolong ,emolong adalah suatu bentuk kesadaran manusia bahwa dalam dirinya ada kelemahan dan kebaikan.
Untuk itulah akhlak Islam mengajarkan untuk menghargai dan menghormati orang lain, melakukan kerja sama atau saling kenal mengenal, kontak komunikasi dengan suku dan bangsa lain. Adalah kesombongan kalau ada orang yang mengatakan bahwa ia mampu hidup dengan dirinya sendiri, tidak membutuhkan jasa orang lain. Ia tidak sadar, bahwa pakaian, kaca mata, sepatu, topi, ikat pinggang yang menempel setiap saat di tubuhnya, dan makanan, minuman, buah-buahan yang disantap setiap hari adalah bagian dan hasil jasa orang lain. Tiap orang tidak akan mampu menyediakan kebutuhan hidup dengan tangannya sendiri.

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”.(QS Al-Maidah: 2).
Selain itu, akhlak islam juga realistis adalah bahwa allah tidak akan memberi beban kesanggipan kepada manusia di luar kemampuanya. Allah tidak egois dan memaksa kepada manusia, justru allah melihat kenyataan yang ada. Kalau memang manusia tidak sanggup melaksanakan perintah-perintah sesuai dengan aturan dan ketetapan yang telah ditetapkan secara rinci, manusia diberi kebebasan untuk mengambil keringanan (rukhsah) yang telah diberikan. Misalkan manusia boleh marah kepada orang lain yang berbuat tidak baik kepadanya, namun apabila memaafkan itu lebih baik. Perbuatan memberi maaf baik diminta ataupun tidak diminta adalah perbuatan yang mulia. Manusia sesungguhnya memilki kemampuan untuk memaafkan orang lain, karena Allah telah mengukur kemampuan yang dimiliki oleh manusia.
 “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): “Ya tuhan kami jangan lah engkau hokum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Yatuhan kami, jangan lah enkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya tuhan kami, janganlah engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami, engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami dari kaum yg kafir.”. (QS Al-baqarah (2): 286).

Ruang Lingkup Akhlaq
1. Akhlaq pribadi terdiri dari Yang diperintahkan, yang dilarang, yang dibolehkan dan Akhlaq dalam keadaan darurat
2. Akhlaq berkeluarga terdiri dari Kewajiban timbal balik antara orang dengan anak, kewajiban sumai dengan istri dan kewajiban terhadap karib kerabat.
3. Akhlaq bermasyarakat terdiri dari Yang dilarang yang iperintahkan dan Kaedah-kaedah adab.
4. Akhlaq bernegara terdiri dari Hubungan antara pimpinan dan rakyat dan hubungan luar negeri.
5. Akhlaq beragama yaitu kewajiban terhadap Allah SWT.
Berangkat dari sistematika di atas, sedikit modifikasi, maka penulis membagi pembahasan akhlaq menjadi :
1. Akhlaq terhadap Allah SWT.
2. Akhlaq terhadap Rasulullah SAW.
3. Akhlaq pribadi
4. Akhlaq dalam keluarga
5. Akhlaq bermasyarakat dan
6. Akhlaq bernegara
Dalam keseluruhan ajaran Islam akhlaq menempati kedudukan yang istimewa dan sangat penting dalam kehidupan, seperti terlihat dalam beberapa poin berikut ini :
Rasulullah SAW. Menempatkan penyempurnaan akhlaq, yang mulia sebagai misi pokok Risalah Islam, sebagai sabdanya :“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia”. (HR. Baihaqi). Akhlaq merupakan salah satu ajaran pokok agama Islam, sehingga Rasulullah pernah mendefinisikan agam dengan akhlaq yang baik, sebagaimana sabda beliau.Terjemahannya :
“Ya Rasulullah, apakah agama itu ? beliau menjawab : agama itu adalah akhlak yang baik”.
Akhlaq yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan seseorang nanti pada hari kiamat. Rasulullah SAW. Menjadikan baik buruknya akhlaw seseorang sebagau ukuran kualitasnya. Islam menjadikan akhlaw baik sebagai bukti dan buah dari ibadah kepada Allah SWT.Nabi Muhammad SAW. Selalu berdoa agar Allah SWT. Membaikkan akhlaq beliau.

AKHLAK DALAM PERSPEKTIF ISLAM


Akhlak merupakan representasi dari pemikiran seseorang yang nampak dari luar. Akhlak sering dijadikan parameter baik buruknya seseorang dilihat dari sudut pandang manusia. Akhlak bersifat relative dalam hal penilaian walaupun hanya disandingkan dari dua sisi yaitu baik dan buruk.

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dihadapkan pada tiga hubungan yang mengharuskannya untuk berbuat sesuatu. Yaitu hubungan manusia dengan Allah SWT ( ibadah ), hubungan manusia dengan sesama manusia ( muamalah dan uqubat ) dan hubungan manusia dengan dirinya sendiri ( akhlak, makanan, minuman, pakaian, dan lain-lain ).  Ketiga hubungan tadi mengharuskan kita untuk menentukan sikap yang harus diambil sesuai dengan pemikirannya, termasuk akhlak yang akan dibahas lebih mendalam pada tulisan ini.

Dalam perspektif Islam, akhlak merupakan bagian dari syariat Islam. Dalam syariat Islam akhlak tidak menjadi bagian khusus yang terpisah, bahkan dalam fikih tidak dibuat satu bab pun yang khusus membahas akhlak.

Berdasarkan fungsinya, akhlak merupakan pemenuhan terhadap perintah Allah atau menjauhi larangan-Nya, bukan karena akhlak ini membawa manfaat atau madlarat dalam kehidupan. Walhasil akhlak tidak dapat dijadikan dasar bagi terbentuknya suatu masyarakat. Akhlak adalah salah satu dasar bagi pembentukan individu. Masyarakat tidak dapat dipebaiki dengan akhlak, melainkan dengan dibentuknya pemikiran-pemikiran, perasaan-perasaan Islami, serta diterapkannya peraturan Islam di tengah-tengah masyarakat itu. Yang menggerakkan masyarakat bukanlah akhlak, melainkan peraturan-peraturan yang diterapkan di tengah-tengah masyarakat itu, pemikiran-pemikiran, dan perasaan yang melekat pada masyarakat tersebut.

Untuk menilai baik buruknya suatu akhlak, bisa ditinjau dari dua pendekatan yang paling banyak dilakukan, yaitu kebenaran relative dan kebenaran mutlak. Dalam pendekatan kebenaran relative, nilai sebuah akhlak menjadi relative karena disandarkan pada penilaian subjektif manusia. Akhlak yang dianggap baik oleh masyarakat di suatu tempat belum tentu baik bagi masyarakat di tempat lain, misalnya bagi orang-orang barat bergaul bebas antara lawan jenis bukan hal yang tabu tapi bagi orang-orang islam yang taat hal seperti itu tentunya sangat dilarang. Semua tergantung dari pemahaman manusia tentang perbuatan yang dilakukan dan kebiasaan atau kebudayaan yang ada di suatu tempat. Dalam pendekatan kebenaran mutlak hanya ada satu sudut pandang yang menyatakan akhlak itu baik atau buruk. Tidak ada perdebatan diantaranya karena sumber dari penetapan baik dan buruk itu bersifat pasti. Perintah dan larangan Allah SWT yang terdapat dalam al Quran merupakan parameter penentu baik buruknya suatu akhlak tanpa memperhatikan apakah perasaan manusia menganggapnya baik atau buruk. Dari kedua pendekatan diatas, dapat ditarik sebuah benang merah bahwa penilaian sebuah ahlak hendaklah disandarkan pada kebenaran mutlak yang terdapat dalam Al-Quran. Selain itu, akhlak yang biasa kita kategorikan sebagai akhlak yang baik seperti jujur, sopan, ramah, dan lain-lain bisa saja menjadi akhlak yang buruk jika hal itu bertentangan dengan perintah dan larangan Allah SWT. Misalnya, jujur kepada musuh saat perang sangat tidak diperbolehkan karena dapat merugikan. Pada konteks ini jujur termasuk akhlak yang tercela karena bisa membocorkan rahasia Negara atau saat perang kita bersikap lemah lembut terhadap musuh, hal itu tidak diperbolehkan karena sudah menjadi kewajiban kita untuk mengalahkan musuh saat terjadi peperangan.

Dalam membangun sebuah masyarakat, akhlak sering dijadikan sebagai fokus utama untuk merekonstruksi sebuah masyarakat. Hal ini tentu saja sangat keliru mengingat akhlak adalah dasar bagi pembentukan individu. Jika kita menitiberatkan dakwah kita pada akhlak, maka yang timbul adalah pengkultusan pada tokoh tertentu tanpa mengetahui sebabnya kenapa harus berbuat seperti itu. Untuk merekonstruksi sebuah masyarakat hendaklah berdakwah yang berlandaskan pada pemikiran, karena dengan pemikiran suatu masyarakat akan bisa bangkit dari keterpurukan menuju keadaan yang lebih baik. Walaupun demikian, pembinaan akhlak tidak boleh dikesampingkan. Semua harus berjalan beriringan sehingga mengkasilkan output yang baik bagi dakwah kita. Tinggal bagaimana kita menentukan fokus yang akan kita ambil, apakah ingin menitiberatkan pembentukan karakter dengan akhlak atau pembentukan system yang berlandaskan pada dakwah pemikiran sebagai sarana untuk menegakan hukum. Semua itu tergantung pada analisis kondisi objek yang akan kita ubah. Dengan demikian kita bisa menentukan strategi yang cocok untuk merubah masyarakat menjadi lebih baik lagi.

Tujuan Akhlak

1. untuk membentuk pribadi muslim.

2. bertingkah laku  yang baik demi meningkatkan derajat kehidupan manusia.

3. menyempurnakan keimanan.

4. sebagai pengatur cara hidup berkeluarga dan bertetangga.

5. mengatur adab pergaulan berbangsa dan bernegara.



            Jadi mempelajari ilmu akhlak bukanlah sekedar untuk mengetahui mana akhlak baik dan buruk, akan tetapi yang terpenting adalah, mengamalkan dan menerapkan akhlak yang luhur itu dalam kehidupan sehari-hari, sesuai tuntutan ajaran Islam.



Alhamdulillah wa Syukrilla

No comments:

Post a Comment